Ketika mendengar kata “Kampung Inggris” sepintas mungkin kamu akan berfikir bahwa ini adalah sebuah kampung dimana tinggal orang-orang bule yang selalu berbicara bahasa Inggris dimana-mana. Atau mungkin terbayang kalau semua orang dari anak kecil sampai orang tua, dari tukang bakso sampai tukang soto cas cis cus ngomong bahasa Inggris.
Setidaknya seperti itulah yang banyak diberitakan di media massa baik cetak maupun elektronik. Beberapa benar, namun tidak semua pemberitaan tersebut sesuai kenyataan, bahkan ada yang terkesan dilebih-lebihkan. Semoga postingan awal ini bisa memberikan kamu gambaran lengkap mengenai keadaan yang sebenarnya dari Kampung Inggris, bagaimana sejarahnya dan meluruskan beberapa anggapan yang keliru.
Setidaknya seperti itulah yang banyak diberitakan di media massa baik cetak maupun elektronik. Beberapa benar, namun tidak semua pemberitaan tersebut sesuai kenyataan, bahkan ada yang terkesan dilebih-lebihkan. Semoga postingan awal ini bisa memberikan kamu gambaran lengkap mengenai keadaan yang sebenarnya dari Kampung Inggris, bagaimana sejarahnya dan meluruskan beberapa anggapan yang keliru.
Apa itu Kampung Inggris?
Okey kita mulai dari nama “Kampung Inggris”. Nama ini sebenarnya bukan nama formal dari sebuah desa. Ini hanyalah sebutan atau julukan bagi suatu perkampungan yang terletak di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Perkampungan kecil yang damai, sejuk, nan jauh dari keramaian kota. Dan yang perlu ditegaskan, orang-orang yang tinggal disini adalah murni orang Indonesia tulen.
Jadi, bukannya kampung tempat tinggal orang bule. Ya mungkin ada sih satu atau dua orang bule disana. Tapi kayaknya cuma numpang lewat deh. Kalo pun ada orang bule yang tinggal disana, ya mungkin itu sudah “bule” dari sononya (alias keturunan). Yang pasti, mitos, anggapan, berita atau apalah namanya yang menyebutkan bahwa kampung ini adalah tempat hunian para bule itu salah.
Namun julukan yang diberikan pada kampung ini juga bukan tanpa alasan. Karena memang konon ceritanya di kampung ini semua orang berbicara bahasa Inggris. Tapi bukan karena bahasa Inggris adalah native language (bahasa asli) mereka. Melainkan lebih karena banyak orang yang bisa berbicara bahasa Inggris disana. Di Kampung ini memang terdapat banyak sekali kursusan bahasa Inggris. Sampai pertengahan tahun 2010, tercatat terdapat sekitar 80 Lembaga Kursus beroperasi di Kampung Inggris. Bahkan kampung ini seperti sudah menjadi pusat pembelajaran bahasa Inggris terbesar di Indonesia. Dengan banyaknya lembaga kursus tersebut maka tak heran kalau banyak orang bicara bahasa Inggris dimana-mana, yang tak lain dan tak bukan adalah murid/guru dari lembaga – lembaga kursus di sana.
Sejarah Kampung Inggris
Bagaimana ceritanya sebuah perkampungan kecil ini bisa menjadi pusat pembelajaran bahasa Inggris terbesar di Indonesia?. Semuanya berawal dari didirikannya lembaga kursus yang bernama BEC (Basic English Course) oleh seorang penduduk pendatang yang bernama Pak Kallen (Mr Kallen). Sekalipun namanya seperti nama orang bule, tetapi dia orang Indonesia asli lho..
Pada awal berdirinya fasilitas yang dimiliki sangat terbatas, karena hanya berlokasi di teras masjid yang diperuntukkan untuk anak-anak desa yang kurang menguasai bahasa inggris. Selanjutnya di rumah-rumah yang membolehkannya mengajar, dan akhirnya sampai memiliki gedung sendiri. begitulah perjuangan Pak Kallen yang konsisten dan pantang menyerah hingga mengantarkan BEC menjadi begitu terkenal dan lulusannya diakui kualitasnya. Hal inilah yang mengundang banyak pendatang dari se-antero nusantara untuk belajar bahasa Inggris disana. Sampai-sampai tidak ada tempat lagi di BEC untuk menampung para calon murid tersebut.
Nah, dari sinilah mulai “berkembangbiak” beberapa lembaga kursus baru untuk memenuhi permintaan yang semakin meningkat. Beberapa lulusan BEC tetap mengajar disana dan beberapa yang lain mendirikan lembaga kursus sendiri. Lembaga kursus yang didirikan pun semakin bervariasi dari segi waktu, spesialisasi program, metode serta biayanya.
Akan tetapi, tidak semua lulusan BEC memilih untuk mengajar dan mendirikan kursusan sendiri. Ada juga yang buka warung, jualan bakso, dagang soto, membuka tempat fotokopi dll. Dan mereka semua bisa berbahasa Inggris. Mungkin dari sinilah asal cerita bahwa “bahkan tukang bakso sampai tukang soto pun bisa berbahasa Inggris”.
Kurang lebihnya seperti itulah gambaran serta sejarah mengenai kampung Inggris. Jika masih penasaran dengan informasi-informasi tentang Kampung Inggris, bisa dilanjutkan membaca di website kampung-inggris.com
0 komentar:
Posting Komentar